top of page

LOGIKA “BEDA” SINEMA INDONESIA

  • Gambar penulis: Himakom Upnvjatim
    Himakom Upnvjatim
  • 7 Mei 2018
  • 2 menit membaca

Keberadaan Sinema Elektronik (Sinetron) di Indonesia telah menjadi Primadona dan hal yang jamak dalam tayangan televisi. Pasalnya dalam proses penayangannya,Sinetron merupakan hal yang disukai baik dari Televisi yang menayangkan maupun para pemirsa yang menonton Sinetron yang disiarkan. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi seperti adanya rating yang tinggi serta murahnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh stasiun Televisi dalam membiayai produksi Televisi.

Namun dengan jadwal Sinetron di televisi pada era sekarang, yang rata-rata melakukan kegiatan penayangan setiap hari, membuat kualitas dari Sinetron itu sendiri menurun dibandingkan dengan era-era sebelumnya (90an & 2000an) dimana Sinetron Indonesia dikenal dekat dengan masyarakat dengan jalan cerita yang menginspirasi , contohnya Sinetron “Si Doel Anak Sekolahan” pada periode 90an hingga 2000an awal dimana jalan cerita Sinetron tersebut tidak hanya unik, namun dekat dengan realitas & logika masyarakat betawi pada masa itu yang menjelma menjadi metropolitan, atau sinetron “Keluarga Cemara”, dengan kisah-kisah dalam jalan ceritanya yang mengaharukan dan menginspirasi di awal 2000an. Kedua Sinetron tersebut mewakili industri Sinetron Indonesia yang masih “Sehat” baik secara jam tayang maupun jalan cerita & logika yang ditawarkan dalam alur ceritanya.

Berbeda dengan saat ini, dimana tayangan Sinetron di Indonesia yang sifatnya mengejar rating dengan periode tayangan stripping (Setiap hari) membuat jalan cerita dalam Sinetron-Sinetron Indonesia pada era sekarang jauh dari kata masuk akal apalagi menginspirasi. Contohnya ada pada Sinetron “Anak Langit” dimana hampir di setiap episodenya menayangkan adegan berkelahi, pada episode 517 ,bahkan ada adegan dimana terdapat situasi perkelahian antara pemeran utama dengan segerombolan “Preman” di tengah jalan , dimana pemeran yang lain tiba-tiba datang tanpa premis yang jelas, kemudian datang membantu pemeran utama dengan ikut berkelahi dibanding menelepon pihak yang berwajib, hal ini sangat jelas bahwa penulis skenario hanya ingin menampilkan adegan berkelahi yang tidak sehat untuk dikonsumsi dibandingkan mengajarkan tindakan yang tepat dalam menghadapi kejadian yang dibangun”prematur”.

Logika di dalam Sinetron Indonesia secara garis besar dibangun oleh penulis skenario hanya berpatokan pada kecepatan tayang dari Sinetron tersebut akibat dari jadwal tayang stripping yang tidak sehat, hal itumenyebabkan logika dan alur cerita yang dibuat tidak mengalami proses penyuntingan sehingga menghasilkan “Logika” yang berbeda dibandingkan kenyataan, dimana jalan cerita dapat dibuat berubah secara drastis lewat adegan-adegan diluar “Logika” sehat (Seperti adegan kecelakaan, bayi yang tertukar, perkelahian dsb) hal ini dapat menyebabkan rusaknya mentalitas para pemirsa yang menonton Sinetron-Sinetron tersebut (yang jumlahnya tidak sedikit) dan mempengaruhi tingkah laku pemirsanya di kehidupan sosial. (krs)

Comments


© 2018 by HARU SESULIH HIMAKOM

bottom of page